Ternyata Ini Alasan Masyarakat Banyak yang Menormalisasikan Pernikahan Dini: Budaya Pratiaki hingga Ekonomi

Ternyata Ini Alasan Masyarakat Banyak yang Menormalisasikan Pernikahan Dini: Budaya Pratiaki hingga Ekonomi

alasan menormalisasikan pernikahan dini--picture by www.popmama.com

Berbicara soal pernikahan dini pasti sudah tidak asing lagi bagi kita bukan? Pernikahan dini adalah suatu pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang masih muda. 

Hal ini menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Bagi mereka yang pro, pernikahan dini ini seolah sudah menjadi tradisi yang biasa dilakukan oleh keluarganya sejak dulu. 

Di sisi lain, ada juga yang kontra karena beberapa faktor. Misalnya, ketika usia muda, perempuan belum siap untuk menerima kehamilan. Konndisi rahim belum siap. 

Selain itu, kondisi fisik dan mental juga masih labil. Mereka belum dewasa untuk memaknai arti sebuah ikatan pernikahan. 

Namun, mengapa masih banyak masyarakat yang menormalisasikan untuk menikahkan anaknya di usia yang sangat muda? Yuk kita kulik selengkapnya di bawah ini. 

BACA JUGA:Lakukan 7 Hal Ini untuk Memberikan Kesadaran Masyarakat Soal Dampak Pernikahan Dini

Alasan Masih Banyak Pernikahan Dini 

Masyarakat masih banyak menormalisasikan pernikahan dini karena beberapa alasan yang mendalam dan kompleks. Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi:

1. Budaya dan Tradisi

Di banyak daerah, pernikahan dini dianggap sebagai bagian dari tradisi dan norma budaya. Ada anggapan bahwa menikah muda adalah cara untuk menjaga kehormatan keluarga dan menghindari stigma sosial, terutama bagi perempuan.

2. Budaya Patriarki

Dalam masyarakat yang masih kental dengan budaya patriarki, perempuan sering dianggap sebagai beban. Menikah di usia muda dianggap sebagai solusi untuk mengurangi beban keluarga, sehingga pernikahan dini menjadi hal yang dinormalisasi.

3. Ekonomi

Faktor ekonomi juga berperan penting. Dalam beberapa kasus, keluarga merasa bahwa menikahkan anak mereka di usia muda dapat membantu mengurangi biaya hidup atau meningkatkan status sosial. Hal ini sering terjadi di daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: